Tauhid menurut (salafi) dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma ul Husna. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.
Kedudukan tauhid dalam Islam
Seorang
muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan
hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat
merupakan syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai
dengan tuntunan Rasulullah.
Dalil Al-Qur'an tentang keutamaan & keagungan tauhid
Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: "Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An Nahl: 36)
"Padahal
mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan" (QS At Taubah: 31)
"Maka sembahlah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan
Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az Zumar: 2-3)
"Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" (QS Al Bayinah: 5)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Orang
yang mau mentadabburi keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan
di muka bumi ini adalah bertauhid dan beribadah kepada Allah Subhaanahu
Wa Ta'aalaa serta taat kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa
sallam. Sebaliknya semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah,
paceklik, dikuasai musuh dan lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan berdakwah (mengajak)
kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Orang yang mentadabburi hal
ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati kenyataan seperti ini baik
dalam dirinya maupun di luar dirinya" (Majmu' Fatawa 15/25)
Karena
kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini,
maka syetan adalah makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk
menghancurkan dan merusaknya. Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan
membahayakan tauhid itu. Syetan lakukan hal ini siang malam dengan
berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil.
Jika syetan tidak
berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, syetan tidak akan putus
asa untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan
lafadz (yang diucapkan manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia
akan menjerumuskan ke dalam berbagai bid'ah dan khurafat. (Al
Istighatsah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat
Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad
Ali Furayaan, hal 4)
Pembagian tauhid
Rububiyah
Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb
yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi
rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam
Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al Quran surat Az Zumar ayat 62 :"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu".
Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun
yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum
atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena
kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka
mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang
membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka
sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah “Apakah mereka diciptakan
tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah
menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa
yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-36)
Namun pengakuan
seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang
beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang
diperangi Rosululloh mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana
firman Allah, “Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh
dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan
Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah:
‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang
Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika
kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah:
‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).
Uluhiyah/Ibadah
Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya. "Allah
menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga
menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia
yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Imran: 18). Beriman
terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap
rububiyahNya. Mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita
lakukan. Seperti salat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat,
harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus
memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata.
Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan merupakan tauhid
yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang
difirmankan Allah mengenai perkataan mereka itu “Mengapa ia menjadikan
sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat
ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam
ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran
inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan Rosul-Nya walaupun mereka
mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.
Asma ul Husna
Beriman
bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai
dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma'ul husna yang merupakan
nama sekaligus sifat Allah.
Tidak ada tauhid mulkiyah
Tauhid
itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah
Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah
istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah
kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah masuk ke dalam
kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini
adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke
dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta'ala
dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata.
Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40. [Al-Ustadz Yazid bin
Abdul Qadir Jawas]
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah
Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa,
Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus
2004M]
Sumber Wiki
0 komentar:
Posting Komentar